Falsafah Pendidikan timur confucius
Konfusianisme adalah kemanusiaan, suatu filsafat atau
sikap yang berhubungan dengan kemanusiaan, tujuan dan keinginannya, daripada
sesuatu yang bersifat abstrak dan masalah teologi. Dalam Konfusianisme manusia
adalah pusat daripada dunia: manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan
hidup bersama-sama dengan manusia yang lain. Bagi umat manusia, tujuan akhirnya
adalah kebahagiaan individu. Kondisi yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan
adalah melalui perdamaian.
Untuk mencapai perdamaian Khonghucu (Confucius) menemukan hubungan antar manusia yang meliputi Lima hubungan (Ngo Lun) berdasarkan Cintakasih dan Kewajiban. Peperangan harus dihindarkan; dan Persatuan Besar dari seluruh dunia harus dikembangkan.
Untuk mencapai perdamaian Khonghucu (Confucius) menemukan hubungan antar manusia yang meliputi Lima hubungan (Ngo Lun) berdasarkan Cintakasih dan Kewajiban. Peperangan harus dihindarkan; dan Persatuan Besar dari seluruh dunia harus dikembangkan.
Konfusianisme adalah warisan dari Timur, suatu bentuk budaya yang
mekanismenya untuk mengawasi tingkah laku masyarakat tersebut yang dilahirkan
dan dibesarkan dibawah pengaruh budaya Konfusianisme yang menekankan pada
kehidupan keluarga dan perkembangan pribadi. Budaya Konfusianisme ini adalah
dasar yang unik dari tingkah laku/sikap masyarakat di Asia Timur, seperti
halnya Kristen yang merupakan inti dari sikap masyarakat di Barat.
Tokoh yang memunculkan
ajaran Konfucianisme ini adalah Conficius atau Konficius. Ada buku yang
menuliskan nama asli tokoh ini adalah Kung Fu Tzu atau Kung Sang Guru, dan ada
juga yang menuliskan namanya adalah Kun Fu Tse. Kali ini kami menggunakannama Conficius yang
merupakan sebutan nama asli tokoh ini yang dilatinkan.[1]
Conficius lahir pada tahun
551 sebelum Masehi di kabupaten Lu (sekarang berada di provinsi Shantung di
Cina bagian Timur). Bapaknya meninggal saat ia masih berumur 3 tahun. Ibunya
miskin. Conficius terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keuangan.
Penderitaan dan kemiskinan sejak muda membuat Conficius merasa ia memiliki
ikatan dengan kebanyakan orang.
Conficius menyelesaikan
pendidikannya dalam waktu singkat. Conficius memusatkan perhatiannya pada
pendidikan pada umur 15 tahun. Pada umur 20 tahun, Conficius sudah menjadi
seorang guru privat. Conficius menjadi guru privat setelah menjabat beberapa
jabatan tidak berarti dan menjalani suatu pernikahan yang tidak berhasil.
Pekerjaannya sebagai guru privat kemudian menjadi profesinya.
Nama baik dan kebijaksanaan
hidup Conficius kemudian tersebar luas dengan cepat dan menarik perhatian
sekelompok pengikut. Para pengikut Conficius bahkan memberikan klaim bahwa
belum ada orang seperti Guru mereka itu. Walaupun begitu, profesi Conficius
sebagai guru privat merupakan sebuah kegagalan jika ditinjau dari ambisi
hidupnya. Tujuan hidup Conficius sebenarnya adalah menjadi seorang pejabat di
pemerintahan. Conficius meyakini teori-teorinya tidak dapat dilaksanakan jika
teori-teorinya tidak disalurkan langsung melalui kehidupan nyata, yaitu
pemerintah.
Suatu ketika, Conficius
pada akhirnya mendapat jabatan dalam pemerintahan, namun jabatan tersebut
bukanlah jabatan yang yang memiliki kekuasaan. Jabatan tersebut diberikan
seorang penguasa yang meminta nasehat Conficius. Namun, karena mengetahui tipu
muslihat penguasa tersebut memberikan jabatan tersebut agar Conficius tutup
mulut, ia pun mengundurkan diri.
Lalu Conficius berkeliling
dari satu negara ke negara lain untuk menawarkan nasehat yang tidak diminta
oleh penguasa setempat. Ia memberikan nasehat mengenai cara memperbaiki
pemerintahan penguasa itu. Hal ini dilakukannya sambil mencari kesempatan untuk
mewujudkan cita-citanya. Conficius pun dipanggil kembali sewaktu terjadi
pergantian pemerintahan di negaranya. Sadar bahwa ia sudah terlalu tua untuk
menjadi pejabat, ia menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menyunting
kitab-kitab klasik secara tenang. Pada tahun 479 sebelum masih, dalam umur 73
tahun Conficius meninggal dunia.[2]
Pokok-Pokok Ajaran
Konfusianisme menggunakan
istilah Dao. Istilah ini digunakan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
moralitas, perangkat peraturan, atau asas perilaku dalam pengertian sosial dan
politik. Dao berarti cara hidup atau tatacara kehidupan insani (yang berhubungan
dengan manusia). Ia juga menekankan tatacara manusia harus sesuai dengan
tatacara alam. Hubungan seorang manusia dengan manusia lainnya juga harus
mengikuti tatacara kehidupan yang telah dibangun oleh orang bijak kuno
berdasarkan tatacara alam (Dao).[3]
Pandangan Konfusianisme tentang Manusia[4]
Kodrat manusia merupakan
pemberian langit. Hukum kodrat manusia ini tidak terlepas dari alam semesta.
Hukum yang diterapkan pada manusia ini sama dengan hukum yang mengatur
pergantian musim dan proses alam yang lain. Menurut Conficius, manusia
merupakan fungsi dari alam, artinya manusia harus berpatokan kepada alam dalam
menjalani kehidupan.
Alam sudah dapat mengatur
dirinya sendiri. Manusialah yang menjadi penyebab kemungkinan terjadinya
kekacauan alam. Alam sudah memiliki aturan-aturan bagi bekerjanya alam dan juga
bagi perilaku manusia sebagai bagian alam. Manusia sebagai fungsi dari alam
seharusnya mengikuti aturan-aturan itu. Jika manusia dapat mengikuti
aturan-aturan itu, maka alam akan selalu dalam keadaan tenang. Manusia pun
dapat mempertahankan posisinya yang baik di dalam dunia dan terhindar dari
kekacauan. Jika manusia tidak dapat mengikuti aturan-aturan itu dan malah berbuat
seenaknya, maka alam akan kacau.
Tujuan manusia menurut
Konfusianisme adalah mencapai keharmonisan ataupun keseimbangan. Keharmonisan
dengan alam dan juga keharmonisan dengan sesama manusia.
Beberapa pokok ajaran Conficius:
1. Setiap manusia memiliki Yen. Yen berarti setiap
manusia harus memiliki keluhuran budi, cinta, dan kemanusiaan dalam dirinya.
Orang yang telah memiliki Yen senantiasa akan bersedia mengorbankan dirinya
untuk menjaga keseimbangan dirinya dengan orang lain. Hal ini membuat Yen tetap
berada di dalam dirinya. Di dalam masyarakat, orang yang memiliki Yen terlihat
sebagai orang yang ulet, rajin, dan suka bekerja. Di dalam kehidupan sebagai
individual, orang yang memiliki Yen terlihat sebagai orang yang ramah, tidak
mementingkan diri sendiri, dapat merasakan penderitaan orang lain serta dapat
menghargai perasaan orang lain dengan mengukur diri sendiri. Dalam hal
menghargai perasaan orang lain dengan mengukur diri sendiri, Conficius
menyatakan sebagai berikut: “Jangan berbuat sesuatu terhadap orang lain yang
tidak Tuan ingin akan menimpa diri Tuan sendiri.”[5]
2. Untuk menjaga keseimbangan, manusia harus menjaga 5
hubungan timbal balik sebagai suatu lingkaran keseimbangan hidup, yaitu
hubungan yang seimbang.[6]
- Hubungan
antara ayah dan anak. Jika tercapai hubungan yang seimbang, maka Ayah
mencintai anaknya dan anak menghormati ayahnya.
- Hubungan
antara saudara tua dan saudara muda. Jika tercapai hubungan yang seimbang,
maka yang lebih tua berlaku baik terhadap yang muda dan yang muda
menghormati yang lebih tua.
- Hubungan antara suami dan istri. Jika tercapai
hubungan yang seimbang, maka suami akan berbuat baik kepada istinya dan
istrinya memperhatikan suaminya.
- Hubungan
antara kawan yang lebih tua dan yang lebih muda umurnya. Jika tercapai
hubungan yang seimbang, maka timbul perasaan kasing sayang terhadap satu
sama lain dan yang satunya menghormati dan menghargainya.
- Hubungan
antara raja dan rakyatnya. Jika tercapai hubungan yang seimbang, maka raja
akan bertindak adil dan melindungi raknyatnya, dan raja akan setia dan
taat kepada rajanya.
3. Konsep pembetulan nama-nama. Conficius hidup pada masa
Cina hidup dalam dalam ketidakteraturan, degradasi moral, dan anarki
intelektual. Seorang muridnya bertanya apa yang akan Conficius lakukan jika
Conficius memerintah negara.Conficius menjawab bahwa hal satu-satunya yang
perlu dilakukan adalah pembetulan nama. Seorang penguasa hendaknya bersikap
sebagai seorang penguasa, seorang menteri bersikap sebagai seorang menteri,
seorang bapak bersikap sebagai seorang bapak, dan seorang anak bersikap sebagai
seorang anak.
Menurut Conficius, jika
nama-nama tidak betul, maka ucapan tidak akan mengikuti alur alam dan tidak ada
sesuatu yang dapat didirikan dengan mantap. Jika demikian, maka tidak ada
aturan perilaku yang dapat ditegakkan. Akibatnya hukum dan penghukuman tidak dapat
berjalan. Jika hukum dan penghukuman tidak dapat berjalan, maka orang tidak
tahu tindakan apa yang seharusnya dilakukan. Akibatnya terjadi ketidakteraturan
tindakan.
Kekacauan seperti inilah
yang menurut Conficius menjadi penyebab kekacauan pada negaranya. Seorang
penguasa tidak bersikap sebagai seorang penguasa, dan seterusnya. Untuk
mengatasi kekacauan itu, menurut Conficius perlu dilakukan pembetulan nama
sehingga setiap nama harus sesuai dengan hakikat idaman yang ditentukan oleh
alam
0 comments:
Post a Comment