BAB 5
KURIKULUM
1.1 : Teori Pendidikan
1.2 : Kurikulum Prasekolah
1.3 : Kurikulum Baru Sekolah Rendah
1.4 : Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah
1.5 : Kurikulum Kursus Perguruan Lepasan Ijazah
1.6 : Pengurusan Kurikulum
1.7 : Program JQAF
1.8 : Kia2M
1.1 : Teori Pendidikan dan Kurikulum
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan interaksional.
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan interaksional.
1.Pendidikan klasik (classical education),
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
2.Pendidikan pribadi (personalized education).
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey - memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),
3.Teknologi pendidikan,
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
4.Pendidikan interaksional,
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.
TEORI-TEORI PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
TEORI BEHAVIOURISME
Teori ini dikenali umum dengan aliran mazhab tingkah laku yang mengutamakan pembelajaran kemahiran tertentu khususnya kemahiran fizikal. Mengikut Pavlov (1962), setiap rangsangan menimbulkan gerakbalas dan berlaku pembelajaran apabila terdapat perkaitan antara ransangan dan gerakbalas. Pembelajaran yang berlaku kerana ada perkaitan antara dua rangsangan dinamakan pelaziman. Teori Skinner pula menekankan peneguhan positif dan peneguhan negatif bertujuan untuk menambahkan kebarangkalian berulangnya sesuatu tingkahlaku dana bukan untuk menghentikannya. Peneguhan positif ialah untuk menentukan tingkah laku positif dengan maklumbalas yang positif. Contohnya, pujian terhadap murid-murid yang memberikan jawapan yang betul. Peneguhan negatif pula diberi untuk memberi kesan yang tidak menyeronokkan atau tidak menyenangkan seseorang individu Kesimpulannya, teori behaviourisme memberi fokus terhadap tingkahlaku yang ingin dilihat, diukur dan dinilai. Tingkahlaku ini boleh dibentuk melalui persekitaran dan peneguhan yang diberi.
TEORI KOGNITIF
Teori kognitif lebih menumpukan kepada aspek pemikiran pelajar. Setiap pelajar mempunyai kebolehan mental untuk mengelola, menyimpan dan mengeluarkan semula segala pembelajaran lanjutan atau untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom (1950), aras pengetahuan terbahagi kepada 6 iaitu:
1. Pengetahuan
2. Kefahaman
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Penilaian
Teori Pembelajaran Gagne
Teori pembelajaran Gagne juga dikenali sebagai teori pemprosesan maklumat. Mengikut Gagne, organisma menerima pelbagai jenis rangsangan daripada persekitarannya secara sedar dan tidak sedar. Rangsangan ini akan diterima dan diproses oleh deria-deria orgnisma. Setiap individu akan menilai input daripada persekitarannya, mentafsirkannya dan memindahkannya kepada tindakbalas tertentu. Rangsangan diproses oleh sistem saraf untuk dikenali dan diletakkan dalam bahagian otak ingatan jangka Gagne juga mengatakan bahawa pembelajaran dan penyampaian isi pengajaran mesti bergerak daripada aras paling mudah kepada yang lebih kompleks. Beliau mengemukakan 8 fasa yang melibatkan proses pembelajaran :
i) motivasi
ii) kefahaman
iii) pemerolehan
iv) penahanan
v) mengingat kembali
vi) generalisasi
vii) pelakuan
ix) maklum balas
TEORI KONSTRUKTIVISME
Teori konstruktivisme pada dasarnya menekankan pembinaan konsep yang asas sebelum konsep itu dibangunkan dan kemudiannya diaplikasikan apabila diperlukan . Menurut Brooks (1998), manusia membentuk pemikiran dan membina pemahaman berdasarkan peristiwa yang mereka alami sebelum ini. Ini merujuk kepada teori konstruktivisme yang menekankan pembinaan konsep melalui pengetahuan lepas. Menurut Jones (1997) pula, konstruktivisme ialah proses menambah dan mensintesis maklumat baru berpandukan pengetahuan sedia ada untuk mendapatkan satu maklumat baru. Kesimpulannya, konstruktivism ialah proses membuat analisis dan menilai maklumat baru diterima berdasarkan pengetahuan yang sedia ada dan menggunakan pengalaman individu untuk menjana suatu maklumat baru. Hasilannya, individu tersebut akan membentuk pemahamannya sendiri dan suatu konsep tertentu berhubung pengetahuan dan maklumat berkenaan.
Prinsip-prinsip Konstruktivisme
1. Pengetahuan dibina pelajar.
2. Pemahaman dibentuk melalui analisis dan sintesis pengalaman lalu.
3. Aktiviti pembelajaran menggabungkan 3 domain iaitu domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor.
4. Refleksi membantu membentuk pengetahuan dan pemahaman.
5. Pelajar berperanan menentukan pembelajaran sendiri.
6. Hasilan pembelajaran adalah pelbagai dan sukar hendak dijangka.
7. Menggalakkan pelajar berfikir dan mencuba idea baru.
8. Menyokong dan mencabar pemikiran seseorang pelajar.
Guru perlu mengenalpasti cara untuk mengaitkan pengajaran dengan pengetahuan sedia ada pelajar supaya pelajar dapat menggambarkan perkara yang diajar dan memudahkan mereka untuk faham . Menurut Sells dan Glasgow (1998), konstruktivism menekankan penerokaan dan penemuan kendiri melalui aktiviti penyelesaian masalah. Oleh itu, teori ini sesuai digunakan untuk gaya pembelajaran reflektif kerana pelajar mengaitkan pengetahuan dan pengalaman lepas untuk membentuk pemahaman baru. Aktiviti-aktiviti yang dilaksanakan ialah melalui perbincangan, perdebatan, eksplorasi, pembinaan dan kolaboratif.
Teori Sosial
Mazhab sosial pula menyarankan teori pembelajaran dengan menggabungkan teori mazhab behavioris bersama dengan mazhab kognitif. Teori ini juga dikenali sebagai
Teori Perlakuan Model. Albert Bandura, seorang tokoh mazhab sosial ini menyatakan bahawa proses pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan lebih
berkesan dengan menggunakan pendekatan ‘permodelan’. Beliau menjelaskan lagi bahawa aspek pemerhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan
oleh guru dan juga aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada kefahaman pelajar.
TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE
Menurut Alick (1999), teori multiple intelligence diperkenalkan oleh Howard Gardner. Teori ini mencadangkan 8 jenis kecerdasan yang mungkin dimiliki oleh setiap individu yang boleh membantu pembelajaran mereka iaitu:
Jenis
|
Sifat
|
Linguistik
|
Pelajar menggunakan bahasa
secara berkesan dan mempunyai keupayaan auditori yang optimum. Belajar paling
baik melalui pendengaran .Tidak membina gambaran mental . Suka bercakap
.Gemar membaca, bermain teka kata dan penulisan
|
Logikal
|
Pemikiran secara konsep,
abstrak. Berkebolehan menjelajahi dan menghubungkait .Gemar pembuktian,
pengiraan, permainan berasaskan logik dan menyelesaikan puzzle
|
Bodily
/ Kinesthetic
|
Gemar pergerakan aktif dalam
pembelajaran. Mempunyai kemahiran berkomunikasi melalui body language dan
aktiviti fizikal. Cemerlang dalam aktiviti 'hands-on' . Sukar memberi tumpuan
dan fokus.
|
Visual
/ spatial
|
Perlukan visual untuk membina
kefahaman . Belajar paling berkesan melalui gambar dan imej . Menukar apa
yang dibaca dan didengar kepada gambaran mental. Cemerlang dalam pembelajaran
bilik darjah.
|
Muzik
|
Sensitif terhadap irama dan
bunyi .Boleh belajar dengan muzik latarbelakang
|
Interpersonal
|
Suka berinteraksi dengan
individu lain . Belajar paling baik melalui aktiviti berkumpulan.
|
Intrapersonal
|
Sensitif . Belajar paling
baik secara individu
|
Naturalist
|
Mampu berinteraksi dengan
persekitaran
|
Teori Humanisme
Mazhab humanis pula berpendapat pembelajaran manusiabergantung kepada emosi dan perasaannya. Seorang ahli mazhab ini, Carl Rogers menyatakan bahawa setiap
individu itu mempunyai cara belajar yang berbeza denganindividu yang lain. Oleh itu, strategi dan pendekatan dalam proses pengajaran dan pembelajaran hendaklah
dirancang dan disusun mengikut kehendak danperkembangan emosi pelajar itu. Beliau juga menjelaskan bahawa setiap individu mempunyai potensi dan keinginan
untuk mencapai kecemerlangan kendiri. Maka, guru hendaklah menjaga kendiri pelajar dan memberi bimbingan supaya potensi mereka dapat diperkembangkan ke tahap optimum.
Model Robert Glazer
Robert Glaser mengemukakan model pengajarannya dengan membahagikan proses pengajaran kepada empat komponen utama iaitu objektif pengajaran, pengetahuan sedia ada pelajar, kaedah mengajar dan penilaian. Beliau juga menekankan
maklum balas pelajar sebagai aspek penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Menurut beliau, objektif pengajaran harus ditentukan sesuai dengan pengetahuan sedia
ada pelajar. Kemudian, kaedah mengajar harus dipilih berdasarkan objektif pengajaran dan pengetahuan sedia ada pelajar. Seterusnya, penilaian harus dijalankan ke atas segala
proses pengajaran dengan tujuan untuk mengesan kelemahan, agar guru dapat mengubahsuai proses pengajarannya, demi meningkatkan keberkesanan pengajaran pada masa hadapan. Kesimpulannya, Model Pengajaran Robert Glaser dibina
berlandaskan konsep pengajaran sebagai suatu proses yang menitikberatkan langkah-langkah pengajaran iaitu perancangan, pelaksanaan, penilaian dan maklum balas.
Model Taba
Model Pengajaran Taba pula menekankan penyusunan bahan-bahan pengajaran dalam suatu sistem yang sesuai yang dapat meningkatkan kemahiran berfikir pelajar. Penyusunan maklumat dalam proses pengajaran dan pembelajaran adalah diutamakan
dalam model ini. Model ini menerangkan bahawa seseorang pelajar melakukan operasi kognitif ke atas bahan pengajaran atau pemilihan sesuatu konsep haruslah dilakukan melalui empat peringkat seperti berikut; menyusun data atau fakta dengan memerhati ciri-ciri persamaan dan perbezaan, menggolong dan mengelas fakta-fakta menjadi kategori dan memberi label kepadanya, membuat generalisasi atau kesimpulan atas hubungan-hubungan antara kategori-kategori itu, dan mengaplikasi generalisasi yang diperolehi. Rumusannya, dengan merujuk kepada model ini, guru dapat merancang pengajaran dengan membahagikan topik kepada generalisasi, konsep dan fakta-fakta yang berguna untuk menentukan kaedah pengajaran yang sesuai.
Model Latihan Terus
Model Arahan Terus pula merupakan satu model pengajaran yang bertujuan untuk membantu pelajar mempelajari ilmu pengetahuan atau kemahiran asas yang boleh diajar dengan cara langkah demi langkah. Model ini juga dikenali sebagai ‘Model Latihan’ dan ‘Model Pengajaran Aktif’. Model ini dibentuk khas untuk merangsang pembelajaran pelajar berkaitan pengetahuan berprosedur (procedural knowledge) yang memerlukan sama ada kemahiran asas atau komprensif dan juga berkaitan ilmu pengetahuan yang memerlukan pengajaran langkah demi langkah. Model ini menekankan aspek pemerhatian pelajar terhadap apa yang ditunjukkan oleh guru sebelum pelajar melakukannya semula.
Model Inkuiri
Model Inkuiri pula merangkumi segala proses soal selidik untuk mendapatkan jawapan atau kesimpulan daripada soalan, atau daripada masalah yang dikemukakan. Aktiviti soal selidik ini memerlukan pelajar mengenal pasti soalan bermasalah, membentuk hipotesis, merancang aktiviti kajian, manjalankan kajian atau siasatan dan seterusnya mendapatkan jawapan dan membuat rumusan. Dalam aktiviti pengajaran dan pembelajaran, terdapat dua jenis teknik inkuiri iaitu ‘inkuiri terbimbing’ dan ‘inkuiri terbuka’. Inkuiri terbimbing memerlukan guru membimbing pelajar menjalankan segala proses kajian. Inkuiri jenis ini sesuai dilaksanakan pada peringkat sekolah rendah dan menengah. Dalam inkuiri terbuka, pelajar tidak diberi sebarang bimbingan. Segala proses kajian dijalankan oleh
pelajar sendiri. Oleh itu, ianya sesuai dilaksanakan pada peringkat pengajian yang lebih tinggi seperti di universiti. Kesimpulannya, model inkuiri ini amat berguna bagi
mendapatkan maklumat dan pengetahuan baru dalam pelbagai bidang khususnya bidang pendidikan.
Aplikasi Teori dalam Rekabentuk Perisian PPBK
Pada peringkat awal perisian ini , khususnnya set induksi akan memperkenalkan objektif -objektif pembelajaran akan diperlihatkan bagi membolehkan pengguna mengetahui dan membuat pemilihan sama ada sesuai untuk dirinya atau sebaliknya . Dalam teori behaviorisme, set induksi diperlukan untuk membolehkan pengguna khususnya pelajar menunjukkan tindakbalas dan kesediaan mereka untuk mempelajari cara-cara membina laman web dengan MS Frontpage 2000.Oleh itu, kami aka menggunakan bimbingan, latihan,ganjaran dan pengukuhan bagi menarik minat pengguna untuk terus menggunakannya sehingga ke penghujung perisian.Soalan-soalan berbentuk kuiz akan disediakan bagi menguji kefahaman. Setiap jawapan yang betul akan diberikan ganjaran seperti mana yang dinyatakan dalam teori behaviorisme.Ini akan membentuk peneguhan positif seterusnya akan masuk dalam ingatan bagi tempoh yang lama.
Untuk mempraktikkan teori kognitif, perisian ini akan menggunakan bahasa yang mudah difahami dan ringkas bagi menyusun fakta mengikut turutan mudah kepada yang lebih sukar.Di samping itu kami akan cuba mengaitkan dengan memberikan contoh yang berkaitan dengan persekitaran mereka dalam kehidupan seharian.Dengan ini akan membantu pelajar mudah mengingati pengetahuan yang dipelajari.
Teori kontruktivisme juga akan dipraktikkan oleh pelajar semasa menggunakan perisian PPBK kerana mereka terpaksa melakukan "hand-on" .Pelajar bebas memilih mana-mana tajuk dan boleh berpindah-randah dari satu tajuk ke tajuk yang lain dengan menggunakan butang navigasi yang disediakan.
Dengan menggunakan bantuan multimedia, sudah tentu teori multiple intelligences akan diaplikasikan bagi membantu menyokong persembahan yang lebih baik dari segi gaya dan teknik penyampaian sesuatu pengetahuan atau kemahiran lebih-lebih disokong oleh bunyi,video,animasi dan latar yang sesuai.Pembelajaran hyperteks yang berpusatkan pelajar digunakan dan terpulang kepada pelajar untuk menentukan tajuk yang hendak dimulakan dahulu.
Fokus Pengajaran
|
Berfokuskan pembentukan
tingkah laku pelajar
|
Berfokus kepada transmisi
proses pemikiran pelajar
|
Berfokuskan pembinaan mental
realiti pelajar.
|
Instruksi & Manipulasi
|
Pengajar memanipulasikan
perubahan tingkah laku dengan pengukuhan terpilih
|
Pengajar memanipulasikan
proses pemikiran pelajar dengan membekalkan model mental yang perlu diikuti
oleh pelajar.
|
Pengajar fasilitasikan
pemodelan konseptual pelajar. Pengajar mesti memahami struktur kognitif sedia
ada pada pelajar dan membekalkan aktiviti pembelajaran yang sesuai untuk
membantu pelajar membina pengetahuannya.
Menggunakan konteks dan strategi yang benar serta coaching. Mencipta pelbagai persekitaran untuk pelajar agar ia dapat melatih berfikir dengan berbagai-bagai kaedah. Hasilnya ialah pelajar yang lebih bersedia untuk menangani situasi berbeza-beza. |
Realiti Yang dipromosikan
|
Realiti pelajar adalah
konvergen - semua realitinya dipusatkan kepada satu realiti yang sama.
Pengajaran berpusatkan realiti tersebut |
Realiti pelajar adalah
konvergen.
|
Realiti pelajar adalah
divergen. Pelajar digalakkan untuk memajukan realiti yang berbeza-beza.
|
1.2 : Kurikulum Prasekolah
MODUL KONSEPTUAL KURIKULUM KEBANGSAAN PRASEKOLAH
Kurikulum prasekolah berasaskan empat prinsip iaitu :
i. Perkembangan diri secara menyeluruh dan bersepadu - memberi fokus kepada penyuburandari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani. Potensi murid hendaklah dikembangkan secara bersepadu kerana setiap aspek perkembangan saling mempengaruhi antara satu sama lain. Individu yang seimbang dan harmonis memiliki:
§ Kepercayaan kepada Tuhan
§ Ilmu pengetahuan
§ Kemahiran asas
§ Akhlak mulia
§ Emosi yang stabil
§ kesihatan dan kecerdasan
ii. Pembelajaran yang menggembirakan - memberi penekanan kepada minat dan semangat untuk belajar. Semangat ini akan dapat dipupuk melalui suasana dan persekitaran pembelajaran yang menarik, selesa, mencabar dan menggembirakan. Suasana yang kondusif untuk belajar dengan sendirinya memupuk semangat cinta akan ilmu pengetahuan yang akan menjadikan seseorang itu berfikiran luas dan terbuka.
ii. Pembelajaran yang menggembirakan - memberi penekanan kepada minat dan semangat untuk belajar. Semangat ini akan dapat dipupuk melalui suasana dan persekitaran pembelajaran yang menarik, selesa, mencabar dan menggembirakan. Suasana yang kondusif untuk belajar dengan sendirinya memupuk semangat cinta akan ilmu pengetahuan yang akan menjadikan seseorang itu berfikiran luas dan terbuka.
iii.
Pengalaman pembelajaran yang bermakna memberi penekanan kepada penglibatan
murid secara aktif dalam aktiviti sebenar supaya mereka dapat mengaitkan
pembelajaran dengan pengalaman kehidupan seharian . Usaha ini akan menghasilkan
pembelajaran yang berkesan dan bermakna.
iv. Pendidikan sepanjang hayat adalah suatu usaha yang berterusan untuk memperolehan dan pemindahan pengetahuan , nilai murni dan kemahiran . Pengalaman pendidikan prasekolah yang mengembirakan dan bermakna akan dapat mengekalkan minat untuk terus belajar dalam diri sesorang sejak kecil hingga ke akhir hayat.
Perkembangan murid akan dicapai melalui enam komponen pembelajaran yang dilaksanakan secara bersepadu . Komponen tersebut adalah seperti beriku:
iv. Pendidikan sepanjang hayat adalah suatu usaha yang berterusan untuk memperolehan dan pemindahan pengetahuan , nilai murni dan kemahiran . Pengalaman pendidikan prasekolah yang mengembirakan dan bermakna akan dapat mengekalkan minat untuk terus belajar dalam diri sesorang sejak kecil hingga ke akhir hayat.
Perkembangan murid akan dicapai melalui enam komponen pembelajaran yang dilaksanakan secara bersepadu . Komponen tersebut adalah seperti beriku:
§ Bahasa dan Komunikasi
§ Perkembangan Kognitif
§ Kerohanian dan Moral
§ Perkembangan Sosioemosi
§ Perkembangan Fizikal dan
§ Kreativiti dan Estatika
Penekanan diberi kepada bahasa yang merentas semua komponen kerana penguasaan bahasa penting dalam proses pembelajaran . Penguasaan kemahiran bahasa boleh diperoleh melalui kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan menulis. Penguasaan kemahiran bahasa akan membantu murid berfikir, memahami sesuatu konsep, berimaginasi, melahirkan idea, berinteraksi dan berkomunikasi secara lisan.
Pelaksanaan kurikulum adalah secara bersepadu yang dirancang melalui Amalan Bersesuaian dengan Perkembangan kanak-kanak (ABP)
ABP ialah satu pendekatan yang menekankan kepada penggunaan kaedah pengajaran dan pembelajaran yang bersesuaian dengan umur, perkembangan diri, kebolehan, bakat serta minat murid.
Pendekatan kurikulum berfokus kepada hasil pembelajaran ( outcome-based learning) iaitu memberi penekanan kepada apa yang murid perlu tahu, faham dan buat serta amalkan, hasil daripada proses pengajaran dan pembelajaran. Ini bermakna aktiviti pembelajaran memberi penekanan kepada apa yang harus diperoleh dan dicapai oleh murid.
Melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang fleksibel dan bersepadu, murid dapat menguasai dan memperoleh ciri-ciri berikut:
§ Kecekapan berbahasa dan
berkomunikasi
§ Kemahiran berfikir
§ Berakhlak mulia dan beretika
§ Berkeyakinan dan berdisiplin
§ Sihat dan cergas dan
§ imaginatif, kreatif dan
ekspresif.
1.3 : Kurikulum Baru Sekolah Rendah ( KBSR )
Berdasarkan Laporan Jawatankuasa Kabinet yang mengkaji perlaksanaan Dasar Pelajaran Kebangsaan (1979), Rancangan Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR)mula dilaksanakan di semua sekolah rendah di seluruh negara mulai tahun1983. Rancangan KBSR ini menekankan penguasaan terhadap kemahiran asas 3M iaitu membaca , menulis dan mengira.Di samping itu juga, ia juga memberi tumpuan terhadap perkembangan individu secara menyeluruh yang meliputi aspek jasmani, emosi, rohani, intelek dan sosial (JERIS).Pada tahun1989, Rancangan Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah (KBSM) pula diperkenalkan di semua sekolah menengah. KBSM ini dirancang untuk memperkembangkan potensi individu daripada aspek JERIS secara menyeluruh dan bersepadu dalam usaha untuk melahirkan pelajar yangberilmu, berakhlak mulia serta berupaya memberi sumbangan kepada kemajuan , kesejahteraan serta pembangunan negara. Walaubagaimanapun, faktor utama Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) yang berasaskan 3M iaitu membaca, menulis dan mengira pada tahun 1983 yang menjurus kepada kurikulum bersepadu Sekolah Menengah (KBSM) pada tahun 1989. Matlamat utama kurikulum baru ini adalah untuk melahirkan individu yang seimbang dari segi ilmu pengetahuan dan kemahiran yang sesuai dan mempunyai moral serta nilai etika yang kukuh;
KURIKULUM BERSEPADU SEKOLAH RENDAH ( KBSR )
1. Matlamat Pendidikan Persekolahan
Matlamat pendidikan persekolahan adalah untuk memastikan perkembangan potensi pelajar secara menyeluruh, seimbang dan bersepadu dan meliputi aspek-aspek intelek, rohani, emosi dan jasmani bagi melahirkan insan yang seimbang, harmonis dan berakhlak mulia.
2. Matlamat KBSR
Matlamat pendidikan sekolah rendah adalah untuk memastikan perkembangan potensi murid secara menyeluruh, seimbang dan bersepadu. Perkembangan ini meliputi aspek-aspek intelek, rohani, emosi dan jasmani bagi melahirkan insan yang seimbang, harmonis dan berakhlak mulia.
3. Objektif KBSR
Bagi mencapai matlamat tersebut, pendidikan di peringkat rendah bertujuan untuk membolehkan untuk membolehkan murid:
i. menguasai bahasa Melayu sesuai dengan kedudukannya sebagai Bahasa Kebangsaan dan bahasa rasmi negara;
ii. menguasai kemahiran asas berbahasa iaitu bertutur, membaca dan menulis dalam bahasa pengantar sekolah;
iii. menguasai asas yang kukuh dalam kemahiran mengira dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah harian;
iv. menguasai kemahiran belajar;
v. menguasai kemahiran berfikir;
vi. bertutur, membaca, menulis dan memahami bahasa Inggeris selaras dengan kedudukannya sebagai bahasa kedua;
vii. memperolehi ilmu pengetahuan dan berusaha menambahnya;
viii. membina daya kepimpinan dan daya keyakinan diri;
ix. mempunyai pengetahuan, kefahaman, minat serta kepekaan terhadap manusia dan alam sekitar;
x. menguasai kemahiran sainstifik dan teknikal;
xi. memahami, meminati, menikmati dan menyertai aktiviti-aktiviti amal, kesenian dan rekreasi dalam lingkungan kebudayaan nasional;
xii. menjaga kesihatan dan kecergasan diri;
xiii. menguasai kemahiran serta membina minat dan sikap yang positif terhadap keusahawanan dan produktiviti;
xiv. menguasai kemahiran membaca, menghafaz dan memahami pengertian ayat-ayat tertentu dalam Al-Quran bagi murid Islam;
xv. menyakini asas-asas keimanan, mengerjakan amal ibadat dan mengamalkan akhlak mulia;
xvi. membina semangat patriotisme;
xvii. mengembangkan bakat dan kreativiti; dan
xviii. mengamalkan sikap dan perlakuan yang berpandukan nilai murni yang menjadikannya asas bagi amalan hidup.
4. Prinsip KBSR
KBSR digubal berlandaskan prinsip-prinsip berikut yang selaras dengan Falsafah Pendidikan Kebangsaan:-
i. Pendekatan Bersepadu;
ii. Perkembangan individu secara menyeluruh;
iii. Pendidikan yang sama untuk semua murid; dan
iv. Pendidikan seumur hidup.
v. murid sekolah rendah lazimnya mudah memperolehi ilmu dan kemahiran melalui aktiviti kemahiran dibilik darjah berbanding dengan penglaman hidup mereka, justeru semua aktiviti pembelajaran harus dihubungkaitkan dengan pengalaman hidup mengikut peringkat
vi. suasana kondusif sekolah adalah untuk meberi peluang dan galakkan interaksi sosial , bertukar pendapat dan kerjasama di kalangan murid
vii. aktiviti dibilik darjah harus membolehkan murid mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif serta melibatkan diri mereka secara aktif dalam proses menguasai kemahiran asas
viii. aktiviti organisasi dan pengurusan bilik darjah perlu fleksibel
ix. penekanan kepada nilai (merentas kurikulum)
x. penguasaan 3M (membaca, menulis dan mengira)
xi. penilaian perlu di intergrasikan dalam semua aktiviti pembelajaran dalam bilik darjah
Ciri-Ciri KBSR
5. Penekanan
Fokus Tahap I
i. Penguasaan kemahiran asas berbahasa
(mendengar, bertutur, membaca dan menulis)
ii. Penguasaan nombor dan operasi asas mengira
iii. Mengenal huruf serta membaca, menhafaz dan menghayati ayat-ayat Al-Quran;
iv. Menyedari dan memahami norma dan nilai murni masyarakat.
Fokus Tahap II
i. Pengukuhan kemahiran asas berbahasa;
ii. Pengukuhan kemahiran asas operasi matematik dan penyelesaian masalah;
iii. Pemerolehan pengetahuan dan kemahiran-kemahiran lain
iv. Kemahiran Belajar serta Kemahiran Berfikir secara Kritis dan Kreatif;
v. Membaca, menghafaz, memahami dan menghayati pengajaran Al-Quran;
vi. Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
6. Struktur KBSR
Struktur KBSR terdiri daripada tiga bidang iaitu:-
i. Komunikasi;
ii. Manusia dan Alam Kelilingnya; dan
iii. Perkembangan Diri Individu.
Tiga bidang tersebut dibahagi pula kepada enam komponen yang menjadi teras kepada struktur KBSR. Komponen-komponen tersebut ialah:-
i. Kemahiran Asas;
ii. Manusia dengan Persekitaran;
iii. Kesenian dan Kesihatan;
iv. Kerohanian, nilai dan sikap
v. Kemahiran Hidup; dan
vi. Kokurikulum
7. Bidang Pelajaran
Fokus Tahap I
i. Penguasaan kemahiran asas berbahasa
(mendengar, bertutur, membaca dan menulis)
ii. Penguasaan nombor dan operasi asas mengira
iii. Mengenal huruf serta membaca, menhafaz dan menghayati ayat-ayat Al-Quran;
iv. Menyedari dan memahami norma dan nilai murni masyarakat.
Fokus Tahap II
i. Pengukuhan kemahiran asas berbahasa;
ii. Pengukuhan kemahiran asas operasi matematik dan penyelesaian masalah;
iii. Pemerolehan pengetahuan dan kemahiran-kemahiran lain
iv. Kemahiran Belajar serta Kemahiran Berfikir secara Kritis dan Kreatif;
v. Membaca, menghafaz, memahami dan menghayati pengajaran Al-Quran;
vi. Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
6. Struktur KBSR
Struktur KBSR terdiri daripada tiga bidang iaitu:-
i. Komunikasi;
ii. Manusia dan Alam Kelilingnya; dan
iii. Perkembangan Diri Individu.
Tiga bidang tersebut dibahagi pula kepada enam komponen yang menjadi teras kepada struktur KBSR. Komponen-komponen tersebut ialah:-
i. Kemahiran Asas;
ii. Manusia dengan Persekitaran;
iii. Kesenian dan Kesihatan;
iv. Kerohanian, nilai dan sikap
v. Kemahiran Hidup; dan
vi. Kokurikulum
7. Bidang Pelajaran
Bidang
|
Komponen
|
Matapelajaran
|
|
Fasa 1
|
Fasa 2
|
||
Komunikasi
|
Kemahiran Asas
|
Bahasa Melayu
Bahasa Inggeris
Bahasa Cina
Bahasa Tamil
|
Bahasa Melayu
Bahasa Inggeris
Bahasa Cina
Bahasa Tamil
|
Matematik
|
Matematik
|
||
Manusia dan Persekitaran
|
Sikap , Nilai
dan Spiritual
|
Pendidikan Islam
Pendidikan Moral
|
Pendidikan Islam
Pendidikan Moral
|
-
|
Sains
|
||
Kajian Tempatan
|
|||
Perkembangan
Diri Individu
|
Kemahiran Hidup
Seni dan Riadah
Kokurikulum
|
-
|
Kemahiran Hidup
|
Pendidikan Muzik
|
Pendidikan Muzik
|
||
Pendidikan Seni
|
Pendidikan Seni
|
||
Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Kesihatan
|
Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Kesihatan
|
Dalam struktur KBSR terdapat tiga bidang iaitu:-
i. Bidang Komunikasi
ii. Bidang Manusia dan Alam Kelilingnya
iii. Bidang Perkembangan Diri Individu
9. Teras KBSR
i. Penggabungjalinan;
ii. Penyerapan;
iii. Penilaian;
iv. Pengkayaan; dan
v. Pemulihan.
10. Penekanan Dalam KBSR
Dalam melaksanakan KBSR, penekanan diberi kepada:-
i. Kemahiran asas;
ii. Kemahiran berfikir;
iii. Nilai Merentas Kurikulum;
iv. Bahasa merentas kurikulum;
v. Patriotisme merentas kurikulum;
vi. Strategi pengajaran dan pembelajaran yang berpusatkan murid;
vii. Penilaian berterusan;
viii. Pemulihan dan pengayaan;
ix. Prinsip mudah ubah; dan
x. Sains dan teknologi merentas kurikulum
11. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran
Dalam menjalankan pengajaran dan pembelajaran yang berpusatkan kepada murid, seseorang guru seharusnya;
i. mewujudkan suasana persekitaran yang merangsang pembelajaran;
Kemudahan fizikal kelas
· ruang pembelajaran yang selesa;
· sudut pembelajaran dilengkapkan dengan bahan yang interaktif;
· ruang pameran hasil kerja;
· bahan rujukan untuk penggunaan murid;
· bahan pembelajaran yang mencabar daya pemikiran.
Aspek emosi sosial
· penggunaan bahasa yang mesra;
· keupayaan guru memahami muridnya;
· penggunaan teknik yang pelbagai.
ii. mengamalkan prinsip-prinsip tertentu dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
· Melibatkan murid secara aktif;
· Menjalankan penilaian yang berterusan;
· Mewujudkan peluang murid menilai kerja mereka;
· Melatih murid meneroka pelbagai cara dalam menyelesaikan tugasan;
· Memberi peluang murid mendapatkan pengalaman yang berulang kali dalam situasi yang berlainan;
· Menyediakan suasana pembelajaran yang menggalakkan murid membuat keputusan secara rasional;
· Memberikan penghargaan di atas usaha murid supaya dapat membantu dan membina sifat berani, yakin dan daya juang;
· Melatih murid menguasai kemahiran belajar dalam kemahiran berfikir;
· Mengambil tindakan segera terhadap masalah pembelajaran murid.
iii. Kaedah Pengajaran dan Pembelajaran
Bagi menghasilkan pengajaran dan pembelajaran yang lebih bermakna, berkesan dan menyeronokkan guru hendaklah menggunakan kaedah yang melibatkan murid secara aktif. Guru boleh mengelolakan secara kelas, kumpulan, berpasangan ataupun individu. Pembentukan kumpulan berdasarkan kepada kebolehan murid yang hampir-hampir sama ataupun kepada kebolehan yang pelbagai.
Pelbagai kaedah boleh dijalankan melalui aktiviti seperti berikut;
· Simulasi
· Lakonan
· Permainan
· Tunjuk ajar
· Lawatan
· Bercerita
· Projek
· Sumbangsaran
· Main peranan
· Pidato
12. Penilaian
i. Penilaian Kemajuan Berasas Sekolah (PKBS)
· Penilaian Kendalian Sekolah Rendah
ii. Ujian Pencapaian Sekolah Rendah (UPSR)
13. Pengubahsuaian Dalam Sukatan KBSR
Program KBSR memulakan percubaannya dalam tahun 1982 sementara KBSM dilaksanakan berperingkat-peringkat mulai tahun 1988. Selepas tahun 1988, program KBSR disemak semula untuk melihat kekuatan dan kelemahannya. Akibatnya KBSR, yang dikenali sebagai KurikulumBaru Sekolah Rendah ditukar menjadi Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah untuk mencerminkan matlamat dan objektif Falsafah Pendidikan Kebangsaan dan Wawasan 2020, globalisasi dan pengunaan teknologi maklumat dan komunikasi (ICT). Draf baru sukatan Tahun 1 disediakan pada November 1992 dan kemudian dilaksanakan pada Disember 1994.
Antara perubahan besar dalam KBSR ialah
i) penerapan nilai dalam pengajaran dan pembelajaran
ii) penguasaan dan aplikasi kemahiran asas dalam aktiviti harian
iii) menyusun semula kemahiran belajar daripada yang paling atas kepada yang paling kompleks mengikut topik
iv) mengulang kaji sukatan bagi setiap mata pelajaran
v) mengintegrasikan penyelesaian masalah dan arithmetik perniagaan ke dalam topik berkaitan seperti wang, ukuran panjang dan berat
vi) mata pelajaran Alam dan Manusia dibahagikan kepada dua matapelajaran iaitu Sains dan Kajian Tempatan
vii) pengunaan Bahasa Inggeris dalam pengajaran Matematik, Sains dan semua matapelajaran teknikal bagi Tahun 1 sekolah rendah, Tingkatan 1 dan Tingkatan 6 Rendah mulai Januari 2003 serta
viii) pengunaan teknologi maklumat dan komunikasi (ICT) dalam pengajaran dan pembelajaran Matematik dan Sains
14. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kurikulum (KBSR/KBSM)
15. Rumusan
Program
KBSR terbahagi kepada dua tahap . Tahap satu (Tahun 1 hingga Tahun 3)
menekankan penguasaan 3M dan Tahap dua (Tahun 4 hingga Tahun 6)
memperkukuhkan semula penguasaan 3M serta pembinaan dan kandungan sains yang
kukuh
Pengubahsuaian
tertentu pada KBSR dilakukan pada Tahun 1994 supaya matlamat dan objektif
Falsafah
Pendidikan
Kebangsaan dan Wawasan 2020 dapat direalisasikan dengan lebih berkesan lagi.
Guru-guru
memainkan peranan penting dalam pelaksanaan kurikulum. Peranan mereka termasuk
menginterpretasi,
merancang, memodifikasikan, dan melaksanakan kurikulum.
1.4 : Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah ( KBSM )
•
KBSM memberi penekanan kepada perkembangan potensi individu secara menyeluruh,
seimbang dan bersepadu.
•
Oleh itu kandungan kurikulum KBSM merangkumi pengetahuan, kemahiran, kefahaman
dan amalan nilai-nilai kerohanian, kemanusiaan, kemasyarakatan serta
kewarganegaraan sebagai asas untuk pendidikan seumur hidup.
•
Konsep bersepadu dalam KBSM membawa maksud bahawa penguasaan ilmu pengetahuan,
kemahiran, bahasa dan pemupukan nilai-nilai murni dilakukan secara integrasi
dan menyeluruh.
(Pukal
Latihan KBSM, 1990)
Kesinambungan Dan Kesepaduan Dalam KBSM
Kesinambungan
•
Kandungannya diolah kesinambungan daripada 3 bidang utama KBSR:
–
Komunikasi (Bahasa, Matematik)
–
Manusia dan Alam Sekeliling (Pend Agama Islam, Peng Moral, Sains dan
Kemasyarakatan)
–
Perkembangan Diri (PJK, PS, Aktiviti Kokurikulum)
•
Usaha perkembangan potensi pelajar dalam bidang emosi dan rohani diperluaskan
dengan menerapkan nilai-nilai murni dalam semua mata pelajaran.
Objektif KBSM
•
Membolehkan pelajar-pelajar menguasai kemahiran-kemahiran berinteraksi dalam
semua situasi hidup, serta memperkembangkan pemikiran dan penaakulan.
•
Memberi peluang pelajar memahami alam sosial dan fizikal supaya mereka dapat
menikmati keadaan kehidupan daan nilai-nilai yang berkaitan serta membolehkan
mereka menjadi anggota-anggota masyarakat yang berkesan dan bertanggung jawab.
•
Menekankan pembelajaran ke arah memahami diri, mengembangkan bakat, serta
mempertingkatkan peribadi dan watak.
•
KBSM Menengah Rendah : fokus kepada pencapaian pendidikan umum dan perkembangan
sifat-sifat kewarganegaraan.
KBSM
Menengah Atas : fokus kepada penguasaan kemahiran dan ilmu pengetahuan yang
lebih meluas dan mendalam.
•
Menitikberatkan aktiviti kokurikulum.
•
Pendekatan dan strategi pembelajaran seimbang dengan KBSR dan berpusatkan
murid.
1.5 : Kurikulum Kursus Perguruan Lepasan Ijazah
Kursus Perguruan Lepas Ijazah (KPLI)
Matlamat Kurikulum Program Ijazah
· Meluaskan keintelektualan dalam bidang yang berkaitan
· Meluaskan kesedaran dan kefahaman terhadap bidang disiplin dan antara disiplin
· Menjadikan pelajar lebih berdikari dan bekerjasama
· Bersedia untuk bekerja atau melanjutkan pelajaran dan diterima umum bidang keprofesionalan mereka
Matlamat Kurikulum Program Ijazah
· Meluaskan keintelektualan dalam bidang yang berkaitan
· Meluaskan kesedaran dan kefahaman terhadap bidang disiplin dan antara disiplin
· Menjadikan pelajar lebih berdikari dan bekerjasama
· Bersedia untuk bekerja atau melanjutkan pelajaran dan diterima umum bidang keprofesionalan mereka
i. Kursus Perguruan Lepas Ijazah (KPLI)
Program KPLI ini ditawarkan kepada pemohon yang memiliki sekurang-kurangnya Ijazah Sarjana Muda atau setaraf dengannya yang berminat dan berkelayakan untuk menjadi guru di sekolah rendah mengikut bidang yang ditawarkan. Kursus 1 tahun ini ditawarkan bagi pengambilan Februari dan Julai pada setiap tahun. Unjuran pengambilan pelatih bagi program ini adalah berdasarkan keperluan guru semasa dan contoh bidang program yang ditawarkan
Kursus Perguruan Lepas Ijazah Sekolah Rendah (KPLI(R)) telah diperkenalkan mulai Januari2003 untuk melatih guru siswazah dalam bidang perguruan sekolah rendah. Kurikulum inidigubal berasaskan keperluan mengoptimumkan perkembangan kognitif kanak-kanak, keperluan meningkatkan ilmu pedagogi dan pengalaman berasaskan sekolah rendah sertakeperluan memupuk nilai positif dan amalan profesional di kalangan guru. Keperluan-keperluantersebut diterjemahkan dalam kandungan kurikulum latihan perguruan yang mendefinisikanbagaimana seseorang guru perlu mereka bentuk pengajaran yang berkesan, mewujudkansuasana bilik darjah yang selesa dan kondusif untuk menimba ilmu serta memupuk ciri-ciri guru profesional yang disanjung tinggi oleh masyarakat. Kurikulum ini juga menuntut agar guru-guru yang mengikuti program latihan ini berketrampilan dalam penggunaan kemahiran teknologi maklumat dan komunikasi (TMK).
Program KPLI ini ditawarkan kepada pemohon yang memiliki sekurang-kurangnya Ijazah Sarjana Muda atau setaraf dengannya yang berminat dan berkelayakan untuk menjadi guru di sekolah rendah mengikut bidang yang ditawarkan. Kursus 1 tahun ini ditawarkan bagi pengambilan Februari dan Julai pada setiap tahun. Unjuran pengambilan pelatih bagi program ini adalah berdasarkan keperluan guru semasa dan contoh bidang program yang ditawarkan
Kursus Perguruan Lepas Ijazah Sekolah Rendah (KPLI(R)) telah diperkenalkan mulai Januari2003 untuk melatih guru siswazah dalam bidang perguruan sekolah rendah. Kurikulum inidigubal berasaskan keperluan mengoptimumkan perkembangan kognitif kanak-kanak, keperluan meningkatkan ilmu pedagogi dan pengalaman berasaskan sekolah rendah sertakeperluan memupuk nilai positif dan amalan profesional di kalangan guru. Keperluan-keperluantersebut diterjemahkan dalam kandungan kurikulum latihan perguruan yang mendefinisikanbagaimana seseorang guru perlu mereka bentuk pengajaran yang berkesan, mewujudkansuasana bilik darjah yang selesa dan kondusif untuk menimba ilmu serta memupuk ciri-ciri guru profesional yang disanjung tinggi oleh masyarakat. Kurikulum ini juga menuntut agar guru-guru yang mengikuti program latihan ini berketrampilan dalam penggunaan kemahiran teknologi maklumat dan komunikasi (TMK).
1.6 : Pengurusan Kurikulum
Pengenalan Kepada Kurikulum dan Teori Asas Kurikulum
Definisi Kurikulum
Perkataan kurikulum berasal daripada perkataan Latin iaitu "currere" bermaksud "a race course" atau “satu litar perlumbaan.” Berdasarkan asal perkataan ini maka definisi kurikulum yang biasa digunakan merujuk kepada “a course of study” atau "satu rancangan pengajian."
Perkataan kurikulum telah diberi berbagai-bagai definisi bergantung kepada tujuan dan fungsinya.
Menurut Taba (1962), kurikulum ialah "a plan of learning" atau "satu rancangan pembelajaran."
Saylor et. al (1981) pula mendefinisikan kurikulum sebagai "a plan for providing sets of learning opportunities for person to be educated."
Menurut Tanner & Tanner (1978), kurikulum ialah "the planned and guided learning experiences and intended learning outcomes, formulated through the systematic reconstruction of knowledge and experience..’for the learners' continuous and willful growth in person-social competence."
Bushoff et. al pula mendefinisikan kurikulum seperti berikut; “a curriculum is an educational plan defining:
· The aims, goals and objectives of an educational action;
· The ways, means and activities employed to achieve these goals
· The methods and instruments required to evaluate the success of the action.”
Menurut Bowen, kurikulum ialah “a total instructional program composed of syllabus or individual course programs.”
Good pula memberi definisi kurikulum sebagai “a general over-all plan of the content or specific materials of instruction that the school should offer to the students by way of qualifying him for graduation or certification for entrance into a professional or vocational field.”
Berdasarkan kepada definisi kurikulum yang telah disenaraikan, kurikulum mengandungi elemen-elemen berikut:
· Rancangan pendidikan
· Mengandungi matlamat dan objektif.
· Menyenaraikan kandungan, topik atau pengalaman pembelajaran
· Menentukan kaedah dan aktiviti.
· Menetapkan kaedah dan instrument yang perlu untuk menilai pencapaian matlamat dan objektif.
Dengan demikian, kurikulum boleh didefinisikan sebagai berikut:
Satu rancangan pendidikan yang dibentuk untuk suatu kumpulan pelajar bagi mencapai matlamat yang telah ditentukan.
Berdasarkan definisi ini:
· pembentukan kurikulum memerlukan perancangan yang teliti dan sistematik.
· oleh sebab ianya merupakan perancangan maka kurikulum perlu didokumenkan dalam bentuk bertulis.
· kurikulum yang dirancang adalah khusus bagi sesuatu kumpulan pelajar tertentu.
· kurikulum berkenaan adalah bagi tujuan mencapai matlamat dan objektif yang telah ditentukan lebih awal.
Dalam konteks kurikulum sekolah, pembentukan kurikulum adalah dirancang oleh pakar di PPK dan rancangan ini didokumenkan secara bertulis melalui silibus bagi setiap mata pelajaran yang ditawarkan bagi kumpulan pelajar tertentu iaitu pelajar sekolah rendah atau menengah yang bertujuan untuk mencapai matlamat dan objektif seperti yang dinyatakan dalam Falsafah dan Matlamat Pendidikan Negara.
Kurikulum sekolah didokumenkan dan dikenali sebagai Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah (KBSR) dan Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah (KBSM).
Pengurusan
Kurikulum Di Sekolah
|
Jawatankuasa
Kurikulum Sekolah adalah bertindak sebagai badan akademik tertinggi yang
memainkan peranan penting memastikan pelaksanaan pengurusan kurikulum sekolah
berkesan dan berkualiti. Semua bidang / unit dalam Jawatankuasa
Kurikulum Sekolah adalah bertanggungjawab secara langsung mempertingkatkan prestasi
akademik sekolah.
OBJEKTIF 1. Mempertingkatkan pengurusan kurikulum supaya sistematik dan berkesan. 2. Menghayati dan melaksanakan Dasar Kurikulum Sekolah. 3. Mengetahui dan memahami setiap bidang tugas supaya pelaksanaannya menjurus ke arah piawaian kualiti. DASAR KURIKULUM SEKOLAH 1. Menentukan dan menyelaras segala dasar kurikulum sekolah supaya selari dengan dasar yang ditetapkan oleh JPN/KPM dan Akta Pendidikan Negeri. 2. Mesyuarat
§
mengadakan
mesyuarat Jawatankuasa Kurikulum Sekolah minimum 4 kali setahun.
§
menetapkan
jadual mesyuarat panitia minimum 4 kali setahun.
§
menetapkan
sistem fail / format dokumen Jawatankuasa Kurikulum Sekolah dan panitia mata
pelajaran.
3. Sukatan / Rancangan
Pelajaran
§
menetapkan
dasar penyediaan RPT dan Huraian serta kaedah penyediaan Rekod Persediaan
Mengajar.
§
garis
panduan jenis buku/bahan/alat rujukan yang boleh digunakan dlm menyediakan
rancangan pengajaran.
4. Jadual Waktu
§
menetapkan
waktu sekolah.
§
menetapkan
sistem jadual waktu.
§
menetapkan
dasar pengagihan tugas-tugas mengajar dan bilangan waktu mengajar untuk
penyediaan jadual waktu induk dan persendirian.
§
menetapkan
dasar penyediaan jadual waktu ganti dan pengisiannya
5. Penilaian Dan Peperiksaan
a ) menetapkan sistem pengurusan penilaian dan peperiksaan sekolah yang berkaitan dengan:
§
jenisnya
(formatif, sumatif, kerja kursus, ujian lisan, PEKA, PAFA dan lain-lain)
§
bilangan
dan takwim
§
format
(bentuk soalan, masa dan skema jawapan)
§
syarat
lulus
§
kumpulan
sasaran
§
jadual
penentu ujian ( JPU )
§
pengawasan
§
headcount
6. Anggaran Perbelanjaan
§
menetapkan
dasar perbelanjaan tahunan dengan wang kerajaan, SUWA dan lain-lain bagi
setiap panitia /unit.
§
menentukan
dasar perolehan, penggunaan, penyenggaraan, hapus kira peralatan dan
kemudahan prasarana.
7. Pemantauan
a.) menentukan dasar dan sistem pemantauan yang berkesan
§
pengurusan
P & P
§
pengurusan
panitia
§
peperiksaan
dan penilaian
§
jadual
waktu
§
pengurusan
kewangan
§
bilik-bilik
khas
b) menetapkan jawatankuasa
pemantauan
c) menetapkan jadual waktu pemantauan |
1.7 : Program JQAF
KONSEP PROGRAM j-QAF
Program j-QAF adalah suatu usaha memperkasakan Pendidikan Islam melalui penekanan khusus dalam pengajaran Jawi, al-Quran, Bahasa Arab dan Fardhu Ain yang dilaksanakan di peringkat sekolah rendah. Pelaksanaan j-QAF menggunakan kurikulum serta model dan modulnya yang tersendiri. Tenaga guru yang khusus digunakan untuk pemulihan, bimbingan, kemahiran, pengukuhan, pengayaan dan penghayatan murid. Pelaksanaannya menggunakan peruntukan jadual waktu sedia ada.
OBJEKTIF PROGRAM j-QAF
Setelah program ini dilaksanakan dengan baik dan berkesan, semua murid Islam sekolah rendah akan dapat:
1.
Menguasai
bacaan dan tulisan jawi
2.
Khatam
al-Quran
3.
Menguasai
asas Bahasa Arab Komunikasi
4.
Memantapkan
dan menghayati amalan Fardhu Ain
KEPENTINGAN PROGRAM j-QAF
Program j-QAF menjadi lebih penting sebagai suatu usaha ke arah memperkasakan PI yang sedia ada supaya semua bidang dalam PI iaitu bidang Tilawah al-Qur’an, bidang Aqidah, Ibadah, Sirah Nabawi Akhlak dan Jawi lebih berkesan dan dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan.
1. Pemulihan Jawi
Jawi adalah sebahagian daripada komponen pendidikan Islam dan mula dilaksanakan pada tahun 2003 dengan pendekatan pengajaran 2 waktu seminggu pada 6 bulan pertama di tahun satu. Laporan pemantauan mengenainya mendapati penguasaan bacaan dan tulisan Jawi perlu dibaiki lagi. Ini bermakna jawi dalam pendidikan Islam semata- mata masih belum mencukupi dan berkesan. Oleh itu pemulihan Jawi dalam j-QAF menjadi keutamaan khasnya kepada murid tercicir supaya semua murid boleh menguasai Jawi setelah diberi bimbingan secara berterusan.
2. Kepentingan Khatam al-Qur’an
al-Quran pula telah diajar sebagai sebahagian Pendidikan Islam dalam bidang Asuhan Tilawah al–Quran pada masa ini. Namun ia tidak menekankan pembelajaran sehingga khatam al-Quran kerana ia memerlukan bimbingan berterusan daripada bilangan guru yang sesuai dengan nisbah murid yang menepati pendekatan talaqqi dan musyafahah (iaitu satu kaedah pembelajaran secara bersemuka dengan guru bagi mendengar, membetul kesalahan dan menyebut semula dengan baik dan lancar). Oleh itu PI pada masa ini hanya menjurus kepada kebolehan membaca sahaja manakala aspek khatam tidak ditekankan di sekolah tetapi menyerahkannya kepada masyarakat.
3. Kepentingan Bahasa Arab
Status Bahasa Arab Sekolah Rendah pada masa ini sebagai mata pelajaran bahasa tambahan. Ia diajar di sekolah-sekolah rendah secara berpilih dan terhad. Tidak semua murid berpeluang mempelajarinya.
4. Kepentingan Fardhu Ain
Ramai ibu bapa masih belum berpuas hati dengan tahap pencapaian dan penguasaan anak-anak mereka terhadap amalan Fardu Ain terutama dalam hal ibadah mendirikan solat. Tambahan pula Penilaian Perkara Asas Fardhu Ain (PAFA) yang dilaksanakan pada masa ini perlu dikaji dan disemak semula supaya ia dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan. Oleh itu satu pendekatan baru perlu diperkenalkan bagi memantapkan perlaksanaan Fardhu Ain ini.
MODEL-MODEL PROGRAM j-QAF
Enam (6) model telah dikenalpasti akan dilaksanakan iaitu 5 model pengajaran dan 1 model kokurikulum. Model-model pengajaran adalah seperti berikut:
1. model Kelas Pemulihan Jawi;
2. model Tasmik;
3. model 6 bulan Khatam al-Quran;
4. model Perluasan Bahasa Arab Kumunikasi;
5. model Bestari Solat.
Bagi aktiviti-aktiviti pengukuhan pula yang telah dikenalpasti akan dilaksanakan adalah model-model berikut:
1. Kelab Seni Tulisan Jawi;
2. Kem Bina Juara;
3. Majlis Khatam al-Quran;
4. Kem Literasi al-Quran; dan
5. Pertandingan Bahasa Arab.
MODEL-MODEL j-QAF
1. Model Kelas Pemulihan Jawi
Model Pemulihan Jawi diperjelaskan di dalam Buku Panduan Perlaksanaan Model kelas Pemulihan Jawi. Ia akan diajar oleh guru khas pemulihan jawi dalam waktu yang sama dengan kelas jawi biasa di semua sekolah dengan menggunakan modul pengajaran dan pembelajaran (P&P) yang disediakan oleh Kementerian Pelajaran. Semua sekolah hendaklah menubuhkan Kelab Seni Tulisan Jawi dan menjalankan aktiviti pengukuhan di peringkat sekolah dengan menyediakan bahan-bahan bacaan tambahan yang bersesuaian serta mempertingkatkan penggunaan kemudahan ICT sedia ada.
2. Model Khatam Al-Quran
Khatam Al-Quran diperjelaskan di dalam buku panduan Perlaksanaan Program Khatam Qur’an Model 6 Bulan dan Buku Panduan Program Khatam al-Qur’an Model Tasmik.
Model 6 Bulan dilaksanakan mengikut modul yang telah ditetapkan dengan menggunakan peruntukan waktu PI sedia ada. Model ini akan menggunakan pendekatan talaqqi dan musyafahah. Murid yang belum menguasai bacaan al-Quran dibimbing dengan kaedah IQRA’, sementara yang telah menguasainya diteruskan menggunakan model khatam al-Quran.
Model Tasmik pula dilaksanakan di luar waktu persekolahan normal mengikut kesesuaian dan keupayaan murid serta dengan persetujuan ibu bapa mereka dan kesediaan guru pembimbing yang terdiri daripada guru j-QAF, GPI, guru-guru mata pelajaran lain yang berkemampuan, atau pembimbing luar yang sesuai. Guru pembimbing tersebut hendaklah dilantik secara rasmi oleh pihak sekolah dan insentif khas wajar dipertimbangkan.
3. Model Bahasa Arab
Bahasa Arab Komunikasi (BAK) yang sedang dilaksanakan pada masa ini di sekolah-sekolah kebangsaan akan diperluaskan pelaksanaannya di semua sekolah. Status mata pelajaran ini adalah sebagai mata pelajaran pilihan. Walau bagaimanapun murid diwajibkan memilih BAK sekiranya tidak mengambil mata pelajaran Bahasa Cina dan Tamil. Peruntukan waktu adalah 60 minit seminggu dan diajar oleh guru Bahasa Arab yang dilantik khusus.
1.8 : Kia2M
Program Kelas Intervensi Asas Membaca dan Menulis (KIA2M) merupakan satu program yang dirancang khusus untuk membantu murid tahun satu menguasai kemahiran asas iaitu membaca dan menulis dalam Bahasa Melayu. Pada masa yang sama program ini adalah bertujuan yang satu iaitu untuk membantu murid yang belum menguasai kemahiran membaca dan menulis dalam Bahasa Melayu pada tahun satu.
Kumpulan murid ini adalah terdiri daripada mereka yang lambat atau belum menguasai kemahiran asas membaca dan menulis. Mereka ini bukan hanya terdiri daripada murid pemulihan khas tetapi juga dari kalangan murid yang hanya perlukan pemulihan dalam kelas. Fokus KIA2M adalah untuk membolehkan murid menguasai kemahiran asas Bahasa Melayu secara intensif. KIA2M ini akan dijalankan spenuh masa oleh guru Bahasa Melayu tahun satu.
Oleh itu konsep pengajaran Bahasa Melayu merentas kurikulum mestilah dijalankan sepenuhnya dengan menggunakan strategi penggabungjalinan. Subjek-subjek Pendidikan Jasmani Kesihatan, Pendidikan Muzik dan Pendidikan Seni digabungjalinkan dengan kemahiran-kemahiran dalam Bahasa Melayu.
Secara keseluruhannya program ini dijalankan selama 3 atau 6 bulan. Masa yang dijalankan merupakan pilihan yang dibuat oleh sekolah. Selain itu juga semua murid tahun satu akan mengikuti ujian penapisan. Ujian ini merupakan ujian yang terpenting bagi mengetahui murid-murid yang tidak menguasai kemahiran asas iaitu kemahiran membaca dan menulis dalam Bahasa Melayu. Murid yang lulus akan meneruskan kelas biasa manakala murid yang gagal, mereka akan ditempatkan dalam program ini.
Oleh itu strategi pengajaran dan pembelajaran yang hendak digunakan perlulah sesuai dengan keperluan untuk membantu murid ini menguasai kemahiran asas ini dengan seberapa segera yang boleh.
0 comments:
Post a Comment