PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
A. Perkembangan
Kognitif Menurut Pandangan Piaget
Proses
Kognitif
Proses
Kognitif. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema
(kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema (sctrcmal adalah
konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
Skema bisa merentang mulai dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema kompleks (seperti skema tentang apayang membentuk alam semesta). Anak usia enam tahun yang mengetahui bahwa lima mainan kecil dapat disimpan didalam kotak kecil berukuran sama berarti ia sudah memanfaatkan skema angka atau jumlah. Minat Piaget terhadap skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami pengalaman mereka. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka: asimilasi dan akomodasi.
Skema bisa merentang mulai dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema kompleks (seperti skema tentang apayang membentuk alam semesta). Anak usia enam tahun yang mengetahui bahwa lima mainan kecil dapat disimpan didalam kotak kecil berukuran sama berarti ia sudah memanfaatkan skema angka atau jumlah. Minat Piaget terhadap skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami pengalaman mereka. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka: asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi tedadi
ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah
ada. Yakni, dalam asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu
skema.
2. Akonodasi
terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru. Yakni, anak
menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
Piaget
juga mengatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara kognitif
mengorganisasikan pengalaman mereka. Organisasl adalah konsep piaget yang
berarti usaha mengelompokkan perilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang
lebih teratur, ke dalam sistem fungsi Kognitif. Setiap level pemikiran akan
diorganisasikan. Perbaikan terus-menerus terhadap organisasi ini adalah bagian
inheren dari perkembangan. Dengan cara yang sama, anak-anak teru
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan banyak cabang pengetahuan lainnya yang
sering kali berkembang secara independen. Organisasi terjadi di dalam tahap
perkembangan. Menurut Piaget, semakin banyak informasi tidak membuat pikiran
anak semakin maju. Kualitas kemajuan berbeda-beda. Tahapan Piaget itu adalah:
1. Tahap
sensorimotor
Tahap
ini, yang berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun, adalah
tahap Piagetian pertama. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan
mengoordinasikan pengalaman indra (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar)
dengan gerakan motor (otot) mereka (menggapai, menyentuh dan karenanya
diistilahkan sebagai sensorimotor. pada awal tahap ini, bayi memperlihatkan tak
lebih dari pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia. Menjelang akhir tahap
ini, bayi menunjukan sensorimotor yang lebih kompleks.
2. Tahap
pra-operosional
Tahap
ini adalah tahap Piagetian kedua. Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari
usia dua tahun sampai tujuh tahun ini adalah tahap pemikiran yang lebih
simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran
operasional Namun, tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang
logis.
3. Tahap
Operasional Konkret
Ini
adalah tahap perkembangan kognitif piagetian ketiga, dimulai dari sekitar umur tujuh
tahun sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup
penggunaan operasi. penalaran logika menggantikan penalaran intuitif tetapi
hanya dalam situasi konkret. Kemampuan menggolong-golongkan sudah ada, tetapi
belum bias memecahkan problem-problem abstrak.
4. Tahap
Operasional Formal
Tahap
ini yang muncul pada usia tujuh sampai lima belas tahun, adalah tahap keempat
menurut Piaget dan tahap kognitif terakhir. Pada tahap ini individu sudah
memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara
lebih abstrak, idealis, dan logis.
B. Perkembangan
Kognitif Menurut Pandangan Bruner
Bruner
memiliki pandangan mengenai proses belajar yaitu langkah-langkah bagaimana
orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif.
Dimana perhatian tentang kognitif Bruner berpusat pada masalah apa yang
dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang akan
dilakukannya sesuah memperoleh informasi untuk mendapatkan pemahaman yang memberikan
kemampuan tersendiri baginya.
a) Konsep
Jerome
Bruner dalam menyusun teori perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal,
yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan intelektual
ditandai oleh meningkatnya variansi respon terhadap stimulus.
Anak
yang pada mulanya berada dalam kendali stimulus, belajar membebaskan diri dari
stimulus. Ketika anak itu memperoleh sistem bahasa, mere belajar memediasi
hubungan antara stimulus dan respon. Dengan mediasi itu, anak belajar
membedakan gratifikasi, memodifikasi respon, dan memiliki respon yang sama
walaupun stiulusnya berubah-ubah.
2. Pertumbuhan tergantung pada
perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat
menggambarkan realita.
Anak-anak
tidak dapat memprediksikan atau mengeksplorasi hasil yang akan dicapai apabila
mereka tidak belajar sistem simbol yang mencerminkan dunia. Oleh karena itu,
untuk memahami pengalaman yang ada di luar dirinya, anak memerlukan
representasi mental tentang dunia di sekitarnya.
3. Perkembangan intelektual
memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan
orang lain, melalui kata-kata atau simbol, mengenai apa yang telah dikerjakan
dan apa yang dikerjakannya. Hal ini menjelaskan adanya kesadaran diri. Tanpa
perkembangan untuk menggambarkan kegiatan masa lalu dan masa depan, maka tidak
akan terjadi perilaku analitik yang diarahkan pada dirinya sendiri atau
terhadap lingkungannya.
4. Interaksi antara guru dengan
siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif. Orang tua, guru, dan anggota
masyarakat harus mendidik anak-anak. Kebudayaan yang ada di masyarakat tidak
cukup mampu mengembangkan perkembangan intelektual anak, sehingga guru harus
menafsirkan dan berbagi kebudayaan dengan anak agar mereka mengalami
perkembangan intelektual.
5. Bahasa menjadi perkembangan
kognitif. Setiap individu belajar menggunakan bahasa untuk memediasi
peristiwa yang terjadi di dunia. Kemampuan berbahasa ini menjadi sarana untuk
mengaitkan berbagai peristiwa dalam bentuk sebab akibat.
6. Pertumbuhan kognitif
ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif
secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan
mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai situasi tertentu.
b) Tahap-Tahap
Perkembangan
Bruner
memahami karakteristik perkembangan kognitif tidak didasarkan pada usia
tertentu, namun berdasarkan pengamatannya terhadap perilaku anak. Adapun
tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Bruner, yaitu:
1. Tahap
enaktif (0-2 tahun)
Pada
tahap ini, anak memahami lingkungannya. Misalnya, tidak ada kata yang membantu
orang dewasa ketika mengajar anak berlatih naik sepeda. Belajar naik sepeda
berarti lebih mengutamakan kecakapan motorik. Pada tahap ini, anak memahami
objek sepeda berdasarkan apa yang dilakukannya, misalnya dengan memegang,
menggerakkan, memukul, menyentuh, dan sebagainya.
2. Tahap
ikonik (2-4 tahun)
Pada
tahap ini, informasi dibawa anak melalui imageri. Anak menjadi tahanan atas
dunia perseptualnya. Anak dipengaruhi oleh cahaya yang tajam, gangguan suara,
dan gerakan. Karakteristik tunggal pada objek yang diamati dijadikan sebagai
pegangan, dan pada akhirnya anak mengembangkan memori visualnya.
3. Tahap
simboik (5-7 tahun)
Pada
tahap ini, tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman perseptual
sudah berkembang. Bahasa, logika, matematika memegang peranan penting. Tahap
simbolik ini memberikan peluang anak untuk menyusun gagasannya secara padat,
misalnya menggunakan gambar yang saling menghubungkan bentuk-bentuk rumus
tertentu.
Bruner
menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang berkembang dari tahap enaktif
ke ikonik dan pada akhirnya ke simbolik. Meskipun demikian, bukan berarti orang
dewasa tidak lagi mengkodekan pengalamannya melalui sistem enaktif dan ikonik,
namun karena adanya banyak pengalaman, orang dewasa lebih banyak menggunakan
cara berpikir simbolik dibandingkan dengan enaktif dan ikonik.
c) Implikasi dalam
Pembelajaran
Implikasi
tentang perkembangan kognitif menurut Bruner dalam pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
1. Anak
memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu
memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak. Hal ini dapat dilakukan
melalui kegiatan wawancara atau pengamatan terhadap objek.
2. Anak,
terutama pada pendidikan anak usia dini dana anak SD kelas rendah, akan belajar
dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya dengan
melihat, merasakan, mencium, dan sebagainya. Pendekatan pembelajaran diskoveri
atau pendekatan pembelajaran induktif lainnya akan lebih efektif dalam proses
pembelajaran anak.
3. Pengalaman
baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan
mengembangkan pemahaman anak. Oleh karena itu, pengalaman baru yang dipelajari
anak harus sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki anak.
Dalam
pembelajaran, Bruner menggunakan cara belajar discovery learning (belajar
penemuan) yang digagas sesuai dengan pencarian pengetahuan atau ilmu
secara aktif yang dilakukan oleh si pembelajar atau siswa. Adapun
hasilnya adalah apa yang ditemukan akan memberikan pengetahuan yang benar-benar
bermakna bagi si pembelajar.
Menurut
Bruner, dengan menerapkan cara belajar discovery learning akan
memberikan tiga manfaat besar bagi si pembelajar atau siswa, antara lain:
1. Pengetahuan yang diperoleh akan dapat
bertahan lama dan lebih mudah diingat dengan dibandingkan dengan cara belajar
mendengarkan.
2. Hasil belajar yang didapat mempunyai
efek ftransfer yang lebih baik dari hasil belajar lainnya.
3. Dengan belajar menggunakan metode discovery
learning, nalar si pembelajar akan aktif bekerja dan memiliki
peningkatan. Hal ini terjadi karena si pembelajar dituntut berpikir secara
bebas.
Dengan
demikian, cara belajar Bruner dalam bingkai kognitif melibatkan tiga proses
yang bersamaan, yaitu sebagai berikut:
1. Memperoleg informasi baru,
artinya adanya penghalusan dan penambahan dari informasi yang dimiliki
seseorang sebelumnya.
2. Transformasi informasi,
artinya cara yang dilakukan oleh seseorang dalam menerapkan pengetahuan barunya
yang sesuai dengan tugasnya.
3. Menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan. Di sini adanya penilaian mengenai apakah cara kita
memperlakukan pengetahuan sudah cocok dengan tugas yang ada.
C. Perkembangan
Kognitif Menurut Pandangan Vygotsky
Tiga
konsep yang dikembangkan dalam teori vygotsky (Tappan,1998): (1)
keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila di analisis dan pahami apabila
dianalisis dan di interpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif
yang di mediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi
sebagai alat psikologis untukmembantu dan menstraformasi aktivitas mental; dan
(3) kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh
latarbelakag sosiokultural.
Vygotsky
berpendapat bahwa pada masa kanak kanak awal (early childhood ), bahasa mulai
digunaka sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan
memecahkan problem. Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari
hubungan social dan kebudayaan. Oleh karena itu karena itu perkembangan anak
tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultural ( Holland, dkk 2001 ).
Dia percaya bahwa perkembangan memori , perhatian dan nalar, melibatkan
pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa,
system matematika, dan strstegi memori. Pada satu kultur, konsep ketiga ini
dimaksudkn mungkin berupa pelajaran menghitung dengan menggunkan computer,
namun dalam kultur yang berbeda, pembelajaran ini mungkin berupa pelajaran
berhitung menggunakan batu dan jari.
Teori
vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi
dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang
dan lingkungan, yang mencaku objek artifak, alat, buku, dan komunitas tempat
orang berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perkembangan kognitif berasal dari situasi social.
Vygotsky
mengemukakan beberapa ide tentang zone of proxsimal development (ZPD). Zone of
proximal development (ZPD) adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai
anak secara sendirian, tapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau
anak yang lebih mampu. Untuk memahami batasan ZPD anak, terdapat batasan atas,
yaitu tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat
dikerjakan anak dengan bantuan instruktur yang mampu, diharapkan pasca bantuan
ini anak tatkala melakukan tugas sudah mampu tanpa bantuan orang
lain dan batas bawah, yang dimaksud adalah tingkat problem yang dapat
dipecahkan oleh anak seorang diri.
ZPD
menurut vygotsky menunjukkan akan pentingnya pengaruh social, terutama pengaruh
instruksi atau pengajaran terhadap perkembangan kognitif anak ( Hasse, 2001). Vygotsky
member contoh cara menilai ZPD anak. Misalnkan pada tes kecerdasan, usia mental
dari dua orang anak adalah 8 tahun. Menurut vygotsky, kita tidak bisa berhenti
sampai disini saja. Kita harus menentukan bagaimana masing- masing anak akan
berusaha menyelesaikan problem yang dimaksudkan untuk anak yang lebih tua. Kita
membantu masing-masing anak dengan menunjukkan, mengajukan pertanyaan, dan
memperkenalkan elemen awal dari solusi. Dengan bantuan atau kerjasama dengan orang
dewasa ini, salah satu anak berasil memecahkan persoalan yang sesungguhnya
untuk level anak usia 12 tahun, sedangkan anak yang satunya memecahkan problem
untuk level anak usia 9 tahun. Perbedaan antara usia mental dan tingkat kinerja
yang mereka capai dengan bekerjasama dengan orang dewasa akan mendefinisikan
ZPD. Jadi, ZPD melibatkan kemampuan kognitif anak yang berada dalam proses
pendewasaan dan tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang lebih ahli
(Panofsky, 1999). Vygotsky (1987) menyebut ini sebagai “kembang” perkembangan,
untuk membedakannya dengan istilah :buah” perkembangan, yang sudah dicapai anak
secara independen. Salah satu Contoh aplikasi konsep ZPD adalah tutorial tatap
muka yang diberikan pada guru Selandia Baru dalam program Reading Recovery.
Tugas ini dimulai dengan tugas membaca yang sudah dikenal dengan baik,
kemudian pelan-pelan memperkenalkan strategi membaca yang belum
dikenal dan kemudian menyerahkan control aktivitas kepada si anak sendiri (
Clay & Cazden dalam Santrocks, 2008 ).
Scaffolding
yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan. Selama sesi pengajaran, orang
yang lebih ahli ( guru atau siswa yang lebih mampu ) menyesuaikan jumlah
bimbingannya dengan level kinerja siswa yang di capai. Ketika tugas siswa yang
akan di pelajari merupakan tugas baru, maka orang yang lebih ahli dapat
menggunakan teknik intruksi langsung. Saat kemampuan sisa meningkt, maka
semakin sedikit bimbingan yang diberikan.
Dialog
merupakan alat penting dalam teknik ini di dalam ZPD . Didalam hal ini vygotsky
menganggap anak memmpunyai konsep yang banyak, namun tidak sistematis, tidak
teratur, dan spontan. Tatkala anak mendapatkan bimbingan dari para ahli, mereka
akan membahas konsep yang lebih sitematis, logis ,dan rasional.
Bahasa
dan pemikiran. Vygotsky berkeyakinan bahwa anak menggunakan bahasa bukan hanya
untuk berkomunkikasi saja, melainkan juga untuk merencanakan, memonitor
perilaku mereka dengan caranya sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri
sendiri, dinamakan pembicaraan batin (inner speech) atau berbicara sendiri
(private speech). Menurut piaget, berbicara sendiri bersifat egosentris dan
tidak dewasa tetapi menurut vygotsky adalah alat penting bagi pemikiran selama
mas kanak kanak. Tatkala anak sering meakukan pembicaraan batin, ia justru akan
lebih kompeten secara social. Karena anak menginternalisasikan pembicaraan
egosentrisnya dalam bentuk pembicaraan batin kemudian pembicaraan batin ini
menjadi pemikiran mereka. Oleh karena itu pembicaraa batin dapat
mempresentasikan transisi awal untuk menjadi lebih komuniktif secara social.
Pandangan
vygotsky menentang gagasan piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky
mengatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal sekalipun,
berbasis social, sedangkan piaget lebih menganggap pembicaraan anak sebagai
nonsosial dan egosentris. Menurut vygotsky, ketika anak kecil bicara kepada
dirinya sendiri, mereka menggunakan bahasa untuk mengatur perilaku mereka
sendiri, sedangkan piaget percaya bahwa kegiatan bicara dengan diri sendiri itu
mencerminkan ketidakdewasaan (immaturity). Para periset menemukan bukti yang
mendukung pandangan vygotsky tentang peran positif dari private speech dalam
perkembangan anak (Winsler,Diaz & Montero, 1997).
Dalam
teori Vygotsky, orang lain dan bahasa merupakan bagian peran penting dalam
perkembangan kognitif seorang anak. Teori Vygotsky merupakan pendekatan
konstruktivis sosial yang menekankan konteks sosial pembelajaran dan konstruksi
pengetahuan melalui interaksi sosial. Bagi Vygotsky, anak-anak mengonstruksi pengetahuan
melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan
oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social
secara aktif. Menurut Vygotsky aspek
kognitif anak akan berkembang dengan sangat baik bilamana anak-anak tidak hanya
bermain melakukan eksperimen pada alat-alat mainnya tetapi juga berinteraksi
dengan orang dewasa dan teman-teman sebayanya yang memiliki pengetahuan lebih
banyak darinya. Pada saat anak bermain didampingi oleh guru yang memberikan bimbingan
lisan, bantuan fisik, dan pertanyaan-pertanyaan terbuka akan dapat membantu
anak meningkatkan keterampilan dan memperoleh pengetahuan. Demikian pula teman
sebaya yang memiliki keterampilan lebih akan membantu anak-anak belajar melalui
pemberian contoh dan percakapan.
Menurut Vygotsky, apa yang dapat anak-anak
lakukan dengan bantuan orang lain dapat memberikan gambaran akurat tentang
kemampuan anak daripada bila ia melakukannya sendiri. Bermain dengan anak atau
orang lain memberikan kesempatan pada anak untuk menanggapi saran-saran,
komentar, pertanyaan, tindakan, dan contoh-contoh dari orang tersebut.
IMPLIKASI
DALAM PEMBELAJARAN
Pembelajaran
akan lebih efektif tatkala seorang guru mengajar dengn menggunakan teori
vygotsky sebagai landasan, bentuk pembelajaran yang dimaksud adalah :
a. Sebelum mengajar,
seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas bawah sehingga bermanfaat
untuk menyusun struktur mteri pembelajaran. Implikasinya guru lebih akuat
tatkala menyusun strategi mengajarnya, sehingga tidak melulu selalu memberikan
bimbingan kepada siswa. Dampak pengiringnya adalah siswa dapat belajar sampai
tingkat keahlian yang diharapkan dan mencapai ZPD pada batas atas.
b. Untuk mengembangkan
pembelajaran yang komunitas seorang guru perlu memanfaatkan tutor sebaya
didalam kelas.
c. Dalam pembelajaran
seorang guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan tujuan siswa dapat
belajar atas inisiatifnya sendiri, sehingga mereka dapat mencapai keahlian pada
batas atas ZPD.
D. Perkembangan
Bahasa Menurut Pandangan Chomsky
Sebelum
Chomsky dikenal, kebanyakan orang percaya kepada temuan teori belajar bahasa
bahwa Brown yang disebut ‘gudang penyimpanan’ anak-anak mengimitasi orang lain
dan memperoleh sejumlah besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka.
Kemudian mereka mencapai penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian
tertentu muncul ( Brown dan Herrnstein, 1975, h.444)
Chomsky
sebnaliknya membuktikan kalau pandangan ini tidak tepat. Manusia tidak hanya
belajar sejumlah kalimat, karena secara rutin kita selalu menciptakan
kalimat-kalimat baru.
Perkembangan
bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa,
menyusun tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa
yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut (Tarigan, 1986:243)
Chomsky
telah memutuskan penilitiannya kepada aturan-aturan untuk membuat transformasi
kalimat, seperti saat kita mengubah sebuah kalimat pernyataan menjadi kalimat
pertanyaan.
Chomsky
sendiri mengamati anak tidak secara tidak langsung. Namun kita bias
mengilustrasikan kemampuan linguistic anak dengan beberapa temuan Roger Brown
(1973) yang sangat terinspirasikan oleh Chomsky. Brown merekam di sebuah kaset
beberapa ucapan anak-anak secara diam-diam selama beberapa tahun dan menemukan
di antara hal-hal yang lain, bagaimana mereka memulai membuat
transformasi kalimat dengan apa yang disebut questions tag.
Chomsky
sudah menginspirasi banyak peneliti, para ahli psikolinguistik khususny, untuk
mempelajari perkembangan bahasa anak-anak secara lebih mendetail. Berikuti ini
beberapa tahap perkembangan bahasa secara universal:
1. Bahasa Awal
Tahap
awal perkembangan bahasa dimulai sejak lahir. Pada bayi yang baru lahir sudah
menunjukan gerakan-gerakan tubuh yang sangat halus sebagai atas respon yang
didengarnya sebagai respon kepada ucapan-ucapan, dan gerakan mereka menjadi
beragam sesuai ikatan suara dan kata-kata dari ucapan tersebut.
2. Tahap
pralinguistik
Pada
tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai
fungsi komunikatif, sebagai reaksi terhadap orang lain yang mencari kontak
verbal dengan anak tersebut atau sebaliknya (Monks, 1989:137)
3. Pengucapan
satu-kata
Pada
usia sekitar satu tahun anak mulai memproduksi kata tunggal untuk
mengekspresikan seluruh kalimat.
4. Pengucapan
dua-kata
Pada
usia 1-2 tahun seorang anak sudah mulai mengucapkan dua kata secara bersamaan
dan bahasa mereka menunjukan struktur tertentu.
5. Pengembangan
gramatika
Diusia
dua sampai tiga tahun anak mulai meletekan tiga atau lebih kata secara
bersamaan.
6. Mendekati
gramatika orang dewasa
Anak
pada usia 5-9 tahun sudah menguasai perkembangan bahasa yang cukup kompleks,
namun belum mampu menyusun kalimat pasif yang kompleks.
7. Tahap kompetensi
lengkap
Pada
usia 11-dewasa pembendaharaan kata semakin meningkat, sehingga kecapakan
berkomunikasi semakin baik dan fasih.
Kemampuan
Berbahasa dan Berpikir
Berpikir
merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi yang berlangsung
selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya respons (Morgan, 1989:228)
Dalam
aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa. Berpikir merupakan percakapan
dalam hati inner speech (Morgan, 1989:231). Bahasa merupakan
alat untuk berpikir dan berpikir mengekspresikan hasil pemikiran tersebut.
Karakteristik
Perkembangan Bahasa
Karakteristik
perkembangan bahasa tidak jauh dari apa yang telah dijelaskan diatas, sehingga
kita menengok kembali pada pembahasan tersebut.
Implikasi
Dalam Pembelajaran
Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya
adalah:
a. Mengupayakan
lingkungan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan
bahasa secara optimal.
b. Pengenalan sejak dini
terhadap lingkungan yang memiliki variasi kemampuan bahasa pada anak sangat
diperlukan untuk mengacu perkembangan bahasanya.
c. Mengembangkan strategi
untuk mempermudah penguasaan bahasa, antara lain: cara untuk memudahkan mengingat,
meniru, mengalami langsung, bermain.
0 comments:
Post a Comment